Tampilkan postingan dengan label ibu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ibu. Tampilkan semua postingan

Nifas

Nifas Normal

    Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat - alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira - kira 6 minggu.
    Pada masa ini terjadi perubahan - perubahan fisiologi, yaitu :
  • Perubahan fisik
  • Involusi uterus dan pengeluaran lokhia
  • Laktasi/pengeluaran  air susu ibu
  • Perubahan sistem tubuh lainnya
  • Perubahan psikis
    Tujuan asuhan masa nifas :
  • Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik
  • Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya
  • Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat
  • Memberikan pelayanan keluarga berencana
    Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 5% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
    Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupann bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ini.

Program dan Kebijakan Teknis

    Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah - masalah yang terjadi.

Kunjungan

Waktu

Tujuan

1

6 – 8 jam setelah persalinan

-           Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

-           Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan; rujuk bila perdarahan berlanjut

-           Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

-           Pemberian ASI awal

-           Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

-           Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia

-           Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil

2

6 hari setelah persalinan

-              Memastikan involusi uterus berjalan normal; uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tida ada bau

-              Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

-              Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat

-              Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda – tanda penyulit

-              Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari - hari

3

2 minggu setelah persalinan

-              Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)

4

6 minggu setelah persalinan

-              Menanyakan pada ibu tentang penyulit – penyulit yang ia atau bayi alami

-              Memberikan konseling untuk KB secara dini



Peran dan Tanggung Jawab Bidan

    Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah memberi perawatan dan dukungan sesuai kebutuhan ibu, yaitu melalui kemitraan (partnership) dengan ibu. Selain itu, dengan cara :
  1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas
  2. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas
  3. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah
  4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencanan 
  5. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan
  6. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien
 

Perawatan dan Hal - Hal yang Terjadi Selama Nifas

1. Genitalia Interna dan Eksterna
        Alat - alat genitalia interna dan eksterna akan berangsur pulih kembali seperti keadaan sebelum           hamil, yang disebut involusi.
    1) Fundus uteri
  • Setinggi pusat setelah janin dilahirkan
  • Setinggi 2 jari bawah pusat segera setelah plasenta lahir
  • Setinggi 7 cm atas simfisis ossis pubis atau setengah simfisis-pusat pada hari ke - 5
  • Tidak dapat diraba di atas simfisis ossis pubis setelah 12 hari
    2) Bekas implantasi plasenta
  • Merupakan luka kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri yang berdiameter 7,5 cm
  • Sering disangka sebagai bagian plasenta yang tertinggal
  • Diameternya menjadi 3,5 cm sesudah 2 minggu
  • Diameternya mencapai 2,4 cm pada 6 minggu
    3) Berat uterus
  • Berat uterus normal kira - kira 30 gram
  • Berat uterus gravidus aterm kira - kira 1000 gram
  • Beratnya menjadi 500 gram, 1 minggu pasca persalinan
  • Beratnya menjadi 300 gram, 2 minggu pasca persalinan
  • Beratnya menjadi 40 - 60 gram setelah 6 minggu pasca persalinan
    4) Pembukaan serviks
  • Serviks agak terbuka seperti corong pada pasca persalinan dan konsistensinya lunak
  • Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri segera setelah melahirkan
  • 2 - 3 jari tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri setelah 2 jam pasca persalinan
  • 1 jari tangan pemeriksa hanya dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri setelah 1 minggu
    5) Endometrium
  • Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta 
    6) Ligamen, diafragma pelvis, fasia, otot, dan dinding vagina
  • Ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur - angsur kembali seperti semula
  • Ligamentum rotundum dapat mengendor sehingga pada hari kedua pasca persalinan harus dilakukan latihan senam
  • Otot - otot dinding perut akan berinvolusi pada 6 - 7 minggu pasca persalinan
  • Dinding vagina yang teregang akan kembali seperti sebelumnya kira - kira setelah 3 minggu
    7) Luka dan infeksi
  • Luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer
  • Infeksi dapat timbul dan dapat menyebabkan selulitis dan bila berlanjut dapat menimbulkan sepsis
2. Suhu Badan Pasca Persalinan
  • Dapat naik lebih dari 0,5 derajat celcius dari keadaan normal tetapi tidak lebih dari 39 derajat celcius
  • Umumnya suhu badan kembali normal sesudah 12 jam pertama melahirkan
  • Bila suhu lebih dari 38 derajat celcius, mungkin ada infeksi
3. Nadi
  • Nadi umumnya 60 - 80 denyut per menit
  • Segera setelah partus dapat terjadi takikardi
  • Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung
  • Pada masa nifas, umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu badan
4. Hemokonsentrasi
        Dapat terjadi pada hari ke 3 - 15 pasca persalinan

5. Laktasi
        Kelenjar mamae telah dipersiapkan semenjak kehamilan. Umumnya produksi ASI baru terjadi pada hari ke 2 atau ke 3 pasca persalinan. Pada hari pertama keluar kolostrum, cairan kuning yang lebih kental daripada air susu mengandung banyak protein albumin, globulin dan lainnya yang ada di kolostrum. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan membalut kedua mammae hingga tertekan atau memberikan bromokriptin hingga hormon laktogenik tertekan. Kesulitan yang dapat terjadi selama masa laktasi ialah :
    1) Putting rata
  • Sejak hamil, ibu dapat menarik - narik putting susu
  • Ibu harus tetap menyusui agar putting selalu sering ditarik
    2) Putting lecet
  • Putting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara yang tidak benar dan infeksi monilia
  • Penatalaksanaan dengan melakukan teknik menyusui yang benar, putting harus kering saat menyusui, putting diberi lanolin, monilia diterapi dan menyusui pada payudara yang tidak lecet
  • Bila lecetnya luas, menyusui ditunda 24 - 48 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau dipompa
    3) Payudara bengkak
  • Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI tidak lancar karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih
  • Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering, kompres hangat, ASI dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesik
    4) Mastitis
  • Payudara tampak oedema, kemerahan, dan nyeri biasanya terjadi beberapa minggu setelah melahirkan
  • Penatalaksanaan dengan kompres hangat/dingin, pemberian antibiotik dan analgesik, menyusui tidak dihentikan
    5) Abses payudara
            Penatalaksanaan yaitu ASI dipompa, abses diinsisi, diberikan antibiotik dan analgesik
    
    6) Bayi tidak suka menyusui
  • Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh, bingung putting pada bayi yang menyusui diselang - seling dengan susu botol, putting rata dan terlalu kecil atau bayi mengantuk
  • Pancaran ASI terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering, memijat payudara sebelum menyusui dan menyusui dengan posisi terlentang dan bayi ditaruh di atas payudara
  • Pada bayi dengan bingung putting, hindari pemakaian dot botol dan gunakan sendok atau pipet untuk memberikan pengganti ASI
  • Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan ASI, usahakan agar bayi terbangun
6. Mulas
  • Perasaan mulas sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang sangat mengganggu selama 2 - 3 hari pasca persalinandan biasanya lebih sering pada multipara dibanding primipara
  • Perasaan mulas lebih terasa saat menyusui, dapat pula timbul bila masih ada sisa selaput ketuban, sisa plasenta, atau gumpalan darah dalam kavum uteri
  • Pasien dapat diberikan analgesik atau sedatif
7. Serviks Uterus dan Adneksa
  • Keadaan serviks, uterus, dan adneksa bila ada perdarahan, biasanya karena involusi uteri, dapat diberikan tablet ergometrin dan tirah baring untuk menghentikan perdarahan
  • Bila serviks tampak hiperemesis, meradang, ada erosi dan curiga ke arah keganasan lakukan pemeriksaan sitologi
  • Bila tidak ada keganasan, lakukan kauterrisasi kimiawi atau elektrik dan dapat juga dengan bedah beku
8. Lokhea
  • Lokhea adalah sekret dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas
  • Hari pertama dan kedua terdapat lokhea rubra atau lokhea kruenta, terdiri dari darah segar bercampur sisa selaput ketuban, sel desidua, sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium
  • Hari berikutnya keluar lokhea sanguinolennta berupa darah bercampur lendir
  • Setelah 1 minggu, keluar lokhea serosa berwarna kuning dan tidak mengandung darah
  • Setelah 2 minggu, keluar lokhea alba yang hanya berupa cairan putih
  • Biasanya lokhea berbau agak amis, bila berbau busuk mungkin terjadi lokiostasis (lokhea yang tidak lancar keluar) dan infeksi
9. Miksi
  • Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri
  • Bila kandung kemih penuh dan tidak bisa miksi sendiri, dilakukan katerisasi
  • Bila perlu dipasang daur chateter atau indwelling chateter untuk mengistirahatkan otot - otot kandung kemih
  • Dengan melakukan mobilisasi secepatnya, tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi
10. Defekasi
  • Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca persalinan
  • Bila terjadi obstipasi dan timbul koprosstase hingga skibala tertimbun di rektum mungkin terjadi febris
  • Lakukan klisma atau berikan laksan peroral
  • Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin, tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi
11. Latihan Senam
            Latihan senam dapat diberikan hari kedua, misalnya :
  • Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan ditaruh di atas dan menekan perut. Lakukan pernapasan dada lalu pernapasan perut
  • Dengan posisi yang sama, angkat bokong lalu taruh kembali
  • Kedua kaki diluruskan dan disilangkan lalu kencangkan otot seperti menahan miksi dan defekasi
  • Duduklah pada kursi, perlahan bungkukkan badan sambil tangan berusaha menyentuh tumit
    Ibu diharap kembali memeriksakan diri pada 6 minggu pasca persalinan. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat keadaan umum keadaan payudara dan puttingnya, dinding perut apakah ada hernia, keadaan perineum, kandung kemih apakah ada rektokel, tonus otot, spingter ani dan adanya fluor albus. Kelainan yang dapat ditemukan selama nifas ialah infeksi nifas perdarahan pasca persalinan dan eklampsia puerpurale.

Penanganan Nifas Normal

1. Kebersihan Diri
  • Jaga kebersihan seluruh tubuh
  • Bersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus
  • Bersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar
  • Ganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika
  • Cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin
  • Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, hindari menyentuh luka
2. Istirahat
  • Istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
  • Kembali ke kegiatan - kegiatan rumah tangga secara perlahan - lahan
  • Tidur siang atau beristirahat atau selagi bayi tidur
  • Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
  1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
  2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
  3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
3. Latihan
        Latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, selain menguatkan otot perut dan panggul, juga dapat mengurangi rasa sakit pada punggung. Bentuk latihannya seperti :
  • Dengan tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali
  • Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul (latihan kegel)
  • Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot - otot, pantat dan panggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali
        Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke 6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

4. Gizi
            Ibu menyusui harus  :
  • Mengonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
  • Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup
  • Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (minum setiap kali menyusu)
  • Pil zat besi diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin
5. Menyusui
            Asi mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih, dan siap untuk minum
    • Tanda ASI cukup
  • Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda
  • Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan "berbiji"
  • Bayi tampak puas, sewaktu - waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup. Bayi yang selalu tidur bukan pertanda baik
  • Bayi setidaknya menyusui 10 - 12 kali dalam 24 jam
  • Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui
  • Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai menyusu
  • Bayi bertambah berat badannya
    • Tanda ASI tidak cukup
  • Kebalikan dari ASI cukup
        Bayi harus diberi ASI setiap kali ia merasa lapar (atau setidaknya 10 - 12 kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan. Jika bayi dibiarkan tidur lebih dari 3 - 4 jam, atau bayi diberi jenis makanan lain, atau payudara tidak dikosongkan dengan baik tiap kali menyusui, maka "pesan hormonal" yang diterima otak ibu adalah untuk "menghasilkan susu lebih sedikit"
    • Meningkatkan suplai ASI
  • Untuk Bayi
  1. Menyusui bayi setiap 2 jam, siang dan malam hari dengan lama menyusui 10 - 15 menit di setiap payudara
  2. Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah dan duduklah selama menyusui
  3. Pastikan bayi menyusu dengan posisi menempel yang baik dan dengarkan suara menelan yang aktif
  4. Susi bayi di tempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali selesai menyusui
  5. Tidurlah bersebelahan dengan bayi
  • Untuk Ibu
  1. Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum
  2. Perhatikan posisi penempelan saat menyusui
6. Perawatan Payudara
  • Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama putting susu
  • Menggunakan bra yang menyokong payudara
  • Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak lecet
  • Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok
  • Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet setiap 4 - 6 jam
  • Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
  1. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selamn5 menit
  2. Urut payudara dari arah pangkal menuju putting dengan arah "Z" menuju putting 
  3. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak
  4. Susukan bayi setiap 2 - 3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya keluarkan dengan tangan
  5. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
7. Senggama
        Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti (setelah masa nifas) dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

1.


Persalinan

Persalinan Normal


    Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, di samping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir.
        Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
        Tanda dan gejala inpartu yaitu :
  • Penipisan dan pembukaan serviks
  • Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
  • Cairan lendir bercampur darah ("show") melalui vagina

        Persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu :
  • Kala I
  • Kala II
  • Kala III
  • Kala IV

Kala I

        Kala I (satu) persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
        Fase laten pada kala satu persalinan :
  • Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap
  • Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
  • Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam
  • Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih di antara 20-30 detik
     Fase aktif pada kala satu persalinan :
  • Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih
  • Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan keepatan rata - rata 1 cm per jam (nulipara atau primagravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara)
  • Terjadi penurunan bagian terbawah janin

Kala II

        Kala II (kala dua) persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
            Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah :
  • Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
  • Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya
  • Perineum menonjol
  • Vulva-vagina dan spingter ani membuka
  • Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
        Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah :
  • Pembukaan serviks telah lengkap, atau
  • Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina

Kala IIi

        Kala III (kala tiga) disebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
        Tanda - tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal - hal di bawah ini :
  • Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan)
  • Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva
  • Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
        Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama :
  • Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
  • Melakukan penegangan tali pusat terkendali
  • Masase fundus uteri

Kala IV

        Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
         Asuhan dan pemantauan pada kala empat :
  • Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat
  • Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat.
  • Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
  • Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi) perineum
  • Evaluasi keadaan umum ibu
  • Dokumentasi semua asuhan dan temuan selama persalinan kala empat di bagian belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan


Alat yang Digunakan Dalam Persalinan


1.      1) Ventouse

Alat yang digunakan untuk membantu mengeluarkan bayi dari mulut rahim. Hal ini dilakukan jika kesulitan mengeluarkan bayi, namun hal ini dilakukan oleh dokter.


2.      2) Entonox (Gas dan Air)

Tabung yang berisi oksigen dan gas nitrooksida ini dapat dihirup melalui rongga mulut untuk meringankan rasa sakit saat kontraksi. Namun biasanya diberikan dalam keadaan mendesak


3.      3) Gym Ball

Untuk mempercepat bayi mendekati jalan lahir

4.      4) Drip Stand

Tabung yang berisi cairan, dan dialirkan ke tubuh. Dilakukan jika dalam keadaan mendesak yang harus mempercepat kontraksi, memberikan bantuan cairan jika ibu dehidrasi, dan jika ibu membutuhkan transfusi darah setelah bersalin


5.     5) Stirrups

Merupakan sepasang batangan besi pada kedua sisi tempat tidur, yang dilengkapi dengan penunjang kaki. Biasanya alat ini digunakan jika bayi lahir dengan bantuan forceps, alat ini juga digunakan agar stabil dalam mengejan


6.      6) Forceps

Alat ini digunakan untuk membantu mengeluarkan bayi dalam persalinan. Alat ini digunakan jika bayi tidak bisa keluar dan ibu tidak sanggup lagi mengejan.


7.      7) Resusitator

Alat ini berisi cadangan oksigen untuk bayi, dilengkapi alat penyedot untuk mengeluarkan cairan dari paru-parunya. Alat ini diperlukan jika bayi lahir dengan berat rendah, premature, atau tak sengaja menghirupmucus (lendir yang menyelubung bayi yang baru lahir). Alat ini juga dapat menghangatkan bayi yang baru lahir.


8.    8) Alat pelindung diri penolong

-          Celemek

-          Sepatu boot

-          Masker

-          Handuk bersih

-          Kaca mata

-          Penutup kepala

9.     9) Termometer

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh.


10 10 Stetoskop

Alat yang digunakan untuk mendeteksi/mendengar detak jantung atau bunyi nafas


11    11) Tensimeter atau sphygmomanometer

Alat yang digunakan untuk mengukur denyut atau curah jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh.


12.  Funduscope

Alat yang digunakan untuk mendeteksi/mendengarkan denyut jantung janin

13.  Gunting Episiotomi

Alat yang digunakan untuk menggunting bagian perineum terutama jika perineum ibu yang melahirkan kaku.


14.  Klem

Ini merupakan klem tampon uterus. Tetapi fungsi dari klem secara umum adalah alat yang digunakan untuk menjepit tali pusar


15.  Gunting Tali Pusat

Untuk menggunting tali pusar bayi


16.  Bengkok

Alat ini digunakan sebagai tempat alat-alat yang sudah terpakai saat menolong persalinan/merawat luka atau aktifitas kebidanan lainnya.


17.  Bak Instrument

Alat yang digunakan sebagai tempat alat-alat yang digunakan untuk menolong persalinan/merawat luka atau aktifitas kebidanan lainnya


18.  USG

Alat yang prinsip dasarnya menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang tidak dapat didengar oleh telinga. Dengan alat USG ini sekarang pemeriksaan organ-organ tubuh dapat dilakukan dengan aman.

 

19.  Doppler

Alat yang digunakan untuk mendengarkan denyut jantung janin. Alat ini menggunakan sistem elektrik atau LCD


20.  Mukus

Alat yang digunakan untuk menghisap lendir (dahak).

21.  Kateter

Alat yang digunakan untuk membantu mengeluarkan urine


22.  Nalpuder Hecting

Alat yang digunakan untuk membantu proses menjahit luka dan juga untuk menjepit benang


23.  Benang Cat Gut

Benang yang digunakan untuk menjahit luka


24.  Baby Scale

Alat yang digunakan untuk menimbang/mendeteksi berat badan bayi

 

25.  HB Sahli

Alat yang digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin dalam darah


26.  Pinset Anatomi

Alat yang digunakan untuk membantu proses menjahit luka dan menjepit kassa sewaktu menekan luka, menjepit jaringan yang tipis dan lunak


27.  Setengah Kocher

Alat yang digunakan untuk memecahkan/melubangi selaput ketuban jika belum pecah


28.  Jarum Hecting

Alat yang digunakan untuk membantu proses menjahit luka pada tubuh