Tampilkan postingan dengan label ibu-bersalin. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ibu-bersalin. Tampilkan semua postingan

Persalinan

Persalinan Normal


    Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, di samping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir.
        Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
        Tanda dan gejala inpartu yaitu :
  • Penipisan dan pembukaan serviks
  • Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
  • Cairan lendir bercampur darah ("show") melalui vagina

        Persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu :
  • Kala I
  • Kala II
  • Kala III
  • Kala IV

Kala I

        Kala I (satu) persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
        Fase laten pada kala satu persalinan :
  • Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap
  • Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
  • Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam
  • Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih di antara 20-30 detik
     Fase aktif pada kala satu persalinan :
  • Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih
  • Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan keepatan rata - rata 1 cm per jam (nulipara atau primagravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara)
  • Terjadi penurunan bagian terbawah janin

Kala II

        Kala II (kala dua) persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
            Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah :
  • Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
  • Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya
  • Perineum menonjol
  • Vulva-vagina dan spingter ani membuka
  • Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
        Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah :
  • Pembukaan serviks telah lengkap, atau
  • Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina

Kala IIi

        Kala III (kala tiga) disebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
        Tanda - tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal - hal di bawah ini :
  • Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan)
  • Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva
  • Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
        Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama :
  • Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
  • Melakukan penegangan tali pusat terkendali
  • Masase fundus uteri

Kala IV

        Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
         Asuhan dan pemantauan pada kala empat :
  • Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat
  • Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat.
  • Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
  • Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi) perineum
  • Evaluasi keadaan umum ibu
  • Dokumentasi semua asuhan dan temuan selama persalinan kala empat di bagian belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan


Alat yang Digunakan Dalam Persalinan


1.      1) Ventouse

Alat yang digunakan untuk membantu mengeluarkan bayi dari mulut rahim. Hal ini dilakukan jika kesulitan mengeluarkan bayi, namun hal ini dilakukan oleh dokter.


2.      2) Entonox (Gas dan Air)

Tabung yang berisi oksigen dan gas nitrooksida ini dapat dihirup melalui rongga mulut untuk meringankan rasa sakit saat kontraksi. Namun biasanya diberikan dalam keadaan mendesak


3.      3) Gym Ball

Untuk mempercepat bayi mendekati jalan lahir

4.      4) Drip Stand

Tabung yang berisi cairan, dan dialirkan ke tubuh. Dilakukan jika dalam keadaan mendesak yang harus mempercepat kontraksi, memberikan bantuan cairan jika ibu dehidrasi, dan jika ibu membutuhkan transfusi darah setelah bersalin


5.     5) Stirrups

Merupakan sepasang batangan besi pada kedua sisi tempat tidur, yang dilengkapi dengan penunjang kaki. Biasanya alat ini digunakan jika bayi lahir dengan bantuan forceps, alat ini juga digunakan agar stabil dalam mengejan


6.      6) Forceps

Alat ini digunakan untuk membantu mengeluarkan bayi dalam persalinan. Alat ini digunakan jika bayi tidak bisa keluar dan ibu tidak sanggup lagi mengejan.


7.      7) Resusitator

Alat ini berisi cadangan oksigen untuk bayi, dilengkapi alat penyedot untuk mengeluarkan cairan dari paru-parunya. Alat ini diperlukan jika bayi lahir dengan berat rendah, premature, atau tak sengaja menghirupmucus (lendir yang menyelubung bayi yang baru lahir). Alat ini juga dapat menghangatkan bayi yang baru lahir.


8.    8) Alat pelindung diri penolong

-          Celemek

-          Sepatu boot

-          Masker

-          Handuk bersih

-          Kaca mata

-          Penutup kepala

9.     9) Termometer

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh.


10 10 Stetoskop

Alat yang digunakan untuk mendeteksi/mendengar detak jantung atau bunyi nafas


11    11) Tensimeter atau sphygmomanometer

Alat yang digunakan untuk mengukur denyut atau curah jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh.


12.  Funduscope

Alat yang digunakan untuk mendeteksi/mendengarkan denyut jantung janin

13.  Gunting Episiotomi

Alat yang digunakan untuk menggunting bagian perineum terutama jika perineum ibu yang melahirkan kaku.


14.  Klem

Ini merupakan klem tampon uterus. Tetapi fungsi dari klem secara umum adalah alat yang digunakan untuk menjepit tali pusar


15.  Gunting Tali Pusat

Untuk menggunting tali pusar bayi


16.  Bengkok

Alat ini digunakan sebagai tempat alat-alat yang sudah terpakai saat menolong persalinan/merawat luka atau aktifitas kebidanan lainnya.


17.  Bak Instrument

Alat yang digunakan sebagai tempat alat-alat yang digunakan untuk menolong persalinan/merawat luka atau aktifitas kebidanan lainnya


18.  USG

Alat yang prinsip dasarnya menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang tidak dapat didengar oleh telinga. Dengan alat USG ini sekarang pemeriksaan organ-organ tubuh dapat dilakukan dengan aman.

 

19.  Doppler

Alat yang digunakan untuk mendengarkan denyut jantung janin. Alat ini menggunakan sistem elektrik atau LCD


20.  Mukus

Alat yang digunakan untuk menghisap lendir (dahak).

21.  Kateter

Alat yang digunakan untuk membantu mengeluarkan urine


22.  Nalpuder Hecting

Alat yang digunakan untuk membantu proses menjahit luka dan juga untuk menjepit benang


23.  Benang Cat Gut

Benang yang digunakan untuk menjahit luka


24.  Baby Scale

Alat yang digunakan untuk menimbang/mendeteksi berat badan bayi

 

25.  HB Sahli

Alat yang digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin dalam darah


26.  Pinset Anatomi

Alat yang digunakan untuk membantu proses menjahit luka dan menjepit kassa sewaktu menekan luka, menjepit jaringan yang tipis dan lunak


27.  Setengah Kocher

Alat yang digunakan untuk memecahkan/melubangi selaput ketuban jika belum pecah


28.  Jarum Hecting

Alat yang digunakan untuk membantu proses menjahit luka pada tubuh



Retensio Plasenta

                                      


Retensio Plasenta

            Retensio plasenta ialah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Plasenta yang belum lahir dan masih melekat di dinding rahim oleh karena kontraksi rahim kurang kuat untuk melepaskan plasenta disebut plasenta adhesiva (perkreta). Plasenta yang belum lahir dan masih melekat di dinding rahim oleh karena villi korialisnya menembus desidua sampai miometrium disebut plasenta akreta. Plasenta yang sudah lepas dari dinding rahim tetapi belum lahir karena terhalang oleh lingkaran konstriksi di bagian bawah rahim disebut plasenta inkarserata. Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang sebagian atau seluruhnya telah lepas dari dinding rahim. Banyak atau sedikitnya perdarahan tergantung luasnya bagian plasenta yang telah lepas dan dapat timbul perdarahan. Melalui periksa dalam atau tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah plasenta sudah lepas atau belum dan bila lebih dari 30 menit maka kita dapat melakukan plasenta manual.

Prosedur plasenta manual sebagai berikut :
  • Sebaiknya pelepasan plasenta secara manual dilakukan dalam narkosis, karena relaksasi otot memudahkan pelaksanaannya terutama bila retensi telah lama. Sebaiknya juga dipasang infus NaCl 0,9% sebelum tindakan dilakukan. Setelah desinfektan tangan dan vulva termasuk daerah seputarnya, labia dibeberkan dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan dimasukkan secara obstetrik ke dalam vagina.
  • Sekarang tangan kiri menahan fundus untuk mencegah kolporeksis. Tangan kanan dengan posisi obstetrik menuju ke ostium uteri dan terus ke lokasi plasenta, tangan dalam ini menyusuri tali pusat agar tidak terjadi salah jalan (false route).
  • Supaya tali pusat mudah diraba, dapat diregangkan oleh pembantu (asisten). Setelah tangan dalam sampai ke plasenta, maka tangan tersebut dipindahkan ke pinggir plasenta dan mencari bagian plasenta yang sudah lepas untuk menentukan bidang pelepasan yang tepat. Kemudian dengan sisi tangan kanan sebelah kelingking (ulner), plasenta dilepaskan pada bidang antara bagian plasenta yang sudah terlepas dari dinding rahim dengan gerakan yang sejajar dengan dinding rahim. Setelah seluruh plasenta terlepas, plasenta dipegang dan dengan perlahan - lahan ditarik keluar.
  • Kesulitan yang mungkin dijumpai pada waktu pelepasan plasenta secara manual ialah adanya lingkaran konstriksi yang hanya dapat dilalui dengan dibatasi oleh tangan dalam secara perlahan - lahan dan dalam nakrosis yang dalam. Lokasi plasenta pada dinding depan rahim juga sedikit lebih sukar dilepaskan daripada lokasi di dinding belakang. Ada kalanya plasenta tidak dapat dilepaskan secara manual seperti halnya pada plasenta akreta, dalam hal ini tindakan dihentikan

Setelah plasenta dilahirkan dan diperiksa bahwa plasenta lengkap, segera dilakukan kompresi bimanual uterus dan disuntikkan Ergometrin 0,2mg IM atau IV sampai kontraksi uterus baik. Pada kasus retensio plasenta, risiko antonia uteri tinggi oleh karena itu harus segera dilakukan tindakan pencegahan perdarahan postpartum. Apabila kontraksi rahim tetap buruk, dilanjutkan dengan tindakan sesuai prosedur tindakan pada antonia uteri. Plasenta akreta ditangani dengan histerektomi oleh karena itu harus dirujuk ke rumah sakit.


Tanda dan Gejala Retensio Plasenta

  • Demam
  • Perdarahan segar dari vagina beberapa hari setelah melahirkan
  • Nyeri hebat pada bagian perut bawah
  • Keluarnya cairan tubuh yang berbau disertai keluarnya jaringan yang menggumpal

Penyebab Retensio Plasenta

Retensi plasenta terjadi karena berbagai faktor tergantung dengan jenisnya masing-masing. Misalnya plasenta akreta terjadi karena plasenta menempel erat pada jaringan otot rahim, sehingga tidak dapat dilahirkan dengan mudah. Pada umumnya, penyebab retensi plasenta yang paling sering ditemukan adalah karena adanya gangguan pada kontraksi rahim. Kontraksi yang lemah serta jeda yang terlalu lama dapat menghambat proses lahirnya plasenta. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya retensi plasenta, yaitu:

  • Kehamilan yang terjadi pada usia di atas 30 tahun
  • Persalinan prematur, di bawah usia kehamilan 34 minggu
  • Pernah melakukan persalinan secara operasi caesaria
  • Pernah melakukan pembedahan rahim
  • Memiliki bekas kuretase
  • Menderita endometriosis
  • Memiliki kelainan anatomis atau bentuk rahim