Persalinan

Persalinan Normal


    Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, di samping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir.
        Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
        Tanda dan gejala inpartu yaitu :
  • Penipisan dan pembukaan serviks
  • Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
  • Cairan lendir bercampur darah ("show") melalui vagina

        Persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu :
  • Kala I
  • Kala II
  • Kala III
  • Kala IV

Kala I

        Kala I (satu) persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
        Fase laten pada kala satu persalinan :
  • Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap
  • Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
  • Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam
  • Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih di antara 20-30 detik
     Fase aktif pada kala satu persalinan :
  • Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih
  • Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan keepatan rata - rata 1 cm per jam (nulipara atau primagravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara)
  • Terjadi penurunan bagian terbawah janin

Kala II

        Kala II (kala dua) persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
            Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah :
  • Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
  • Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya
  • Perineum menonjol
  • Vulva-vagina dan spingter ani membuka
  • Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
        Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah :
  • Pembukaan serviks telah lengkap, atau
  • Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina

Kala IIi

        Kala III (kala tiga) disebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
        Tanda - tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal - hal di bawah ini :
  • Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan)
  • Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva
  • Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
        Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama :
  • Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
  • Melakukan penegangan tali pusat terkendali
  • Masase fundus uteri

Kala IV

        Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
         Asuhan dan pemantauan pada kala empat :
  • Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat
  • Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat.
  • Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
  • Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi) perineum
  • Evaluasi keadaan umum ibu
  • Dokumentasi semua asuhan dan temuan selama persalinan kala empat di bagian belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan


Alat yang Digunakan Dalam Persalinan


1.      1) Ventouse

Alat yang digunakan untuk membantu mengeluarkan bayi dari mulut rahim. Hal ini dilakukan jika kesulitan mengeluarkan bayi, namun hal ini dilakukan oleh dokter.


2.      2) Entonox (Gas dan Air)

Tabung yang berisi oksigen dan gas nitrooksida ini dapat dihirup melalui rongga mulut untuk meringankan rasa sakit saat kontraksi. Namun biasanya diberikan dalam keadaan mendesak


3.      3) Gym Ball

Untuk mempercepat bayi mendekati jalan lahir

4.      4) Drip Stand

Tabung yang berisi cairan, dan dialirkan ke tubuh. Dilakukan jika dalam keadaan mendesak yang harus mempercepat kontraksi, memberikan bantuan cairan jika ibu dehidrasi, dan jika ibu membutuhkan transfusi darah setelah bersalin


5.     5) Stirrups

Merupakan sepasang batangan besi pada kedua sisi tempat tidur, yang dilengkapi dengan penunjang kaki. Biasanya alat ini digunakan jika bayi lahir dengan bantuan forceps, alat ini juga digunakan agar stabil dalam mengejan


6.      6) Forceps

Alat ini digunakan untuk membantu mengeluarkan bayi dalam persalinan. Alat ini digunakan jika bayi tidak bisa keluar dan ibu tidak sanggup lagi mengejan.


7.      7) Resusitator

Alat ini berisi cadangan oksigen untuk bayi, dilengkapi alat penyedot untuk mengeluarkan cairan dari paru-parunya. Alat ini diperlukan jika bayi lahir dengan berat rendah, premature, atau tak sengaja menghirupmucus (lendir yang menyelubung bayi yang baru lahir). Alat ini juga dapat menghangatkan bayi yang baru lahir.


8.    8) Alat pelindung diri penolong

-          Celemek

-          Sepatu boot

-          Masker

-          Handuk bersih

-          Kaca mata

-          Penutup kepala

9.     9) Termometer

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh.


10 10 Stetoskop

Alat yang digunakan untuk mendeteksi/mendengar detak jantung atau bunyi nafas


11    11) Tensimeter atau sphygmomanometer

Alat yang digunakan untuk mengukur denyut atau curah jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh.


12.  Funduscope

Alat yang digunakan untuk mendeteksi/mendengarkan denyut jantung janin

13.  Gunting Episiotomi

Alat yang digunakan untuk menggunting bagian perineum terutama jika perineum ibu yang melahirkan kaku.


14.  Klem

Ini merupakan klem tampon uterus. Tetapi fungsi dari klem secara umum adalah alat yang digunakan untuk menjepit tali pusar


15.  Gunting Tali Pusat

Untuk menggunting tali pusar bayi


16.  Bengkok

Alat ini digunakan sebagai tempat alat-alat yang sudah terpakai saat menolong persalinan/merawat luka atau aktifitas kebidanan lainnya.


17.  Bak Instrument

Alat yang digunakan sebagai tempat alat-alat yang digunakan untuk menolong persalinan/merawat luka atau aktifitas kebidanan lainnya


18.  USG

Alat yang prinsip dasarnya menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang tidak dapat didengar oleh telinga. Dengan alat USG ini sekarang pemeriksaan organ-organ tubuh dapat dilakukan dengan aman.

 

19.  Doppler

Alat yang digunakan untuk mendengarkan denyut jantung janin. Alat ini menggunakan sistem elektrik atau LCD


20.  Mukus

Alat yang digunakan untuk menghisap lendir (dahak).

21.  Kateter

Alat yang digunakan untuk membantu mengeluarkan urine


22.  Nalpuder Hecting

Alat yang digunakan untuk membantu proses menjahit luka dan juga untuk menjepit benang


23.  Benang Cat Gut

Benang yang digunakan untuk menjahit luka


24.  Baby Scale

Alat yang digunakan untuk menimbang/mendeteksi berat badan bayi

 

25.  HB Sahli

Alat yang digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin dalam darah


26.  Pinset Anatomi

Alat yang digunakan untuk membantu proses menjahit luka dan menjepit kassa sewaktu menekan luka, menjepit jaringan yang tipis dan lunak


27.  Setengah Kocher

Alat yang digunakan untuk memecahkan/melubangi selaput ketuban jika belum pecah


28.  Jarum Hecting

Alat yang digunakan untuk membantu proses menjahit luka pada tubuh



Kehamilan

Kehamilan Normal

     

      Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke empat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke tujuh sampai 9 bulan. 
        Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Jarang seorang ahli medik terlatih yang begitu terlibat dalam kondisi yang biasanya sehat dan normal. Mereka menghadapi suatu tugas yang tidak biasa dalam memberikan dukungan pada ibu dan keluarganya dalam renana menyambut datangnya anggota keluarga baru, memantau perubahan - perubahan fisik yang normal yang dihadapi ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi serta menatalaksana setiap kondisi yang tidak normal. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang - kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Sistem penilaian risiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilannya. Oleh karena itu pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal.
        Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.


Tujuan Asuhan Antenatal

  • Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin
  • Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial iu dan janin
  • Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan
  • Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
  • Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberi asi ekslusif
  • Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal

Kebijakan Program

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan
  • Satu kali pada triwulan pertama
  • Satu kali pada triwulan kedua
  • Dua kali pada triwulan ketiga
          Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk "7T" :
  • (Timbang) berat badan
  • Ukur (Tekanan) darah
  • Ukur (Tinggi) fundus uteri
  • Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap
  • Pemberian tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
  • Tes terhadap Penyakit Menular Seksual
  • Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
          Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi


Kebijakan Teknis

        Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya.
        Penatalaksanaannya ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen - komponen sebagai berikut :
  • Mengupayakan kehamilan yang sehat
  • Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan
  • Persiapan persalinan yang bersih dan aman
  • Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi

Periksa Kehamilan


Pastikan ibu hamil mendapatkan pelayanan pemeriksaan kehamilan yang meliputi;
    1. Pengukuran tinggi badan cukup satu kali,
        Bila risiko badan <145 cm, maka faktor risiko panggul sempit, kemungkinan sulit melahirkan secara normal.
        Penimbangan berat badan setiap kali periksa,
        Sejak bulan ke - 4 pertambahan BB paling sedikit 1kg/bulan
    2. Pengukuran tekanan darah (tensi),
        Tekanan darah normal 120/80 mmHg. Bila tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90mmHg, ada faktor risiko hipertensi (tekanan darah tinggi) dalam kehamilan
    3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
        Bila < 23,5 cm menunjukkan ibu hamil menderita Kurang Energi Kronis (ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
    4. Pengukuran Tinggi Rahim
        Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan janin apakah sesuai dengan usia kehamilan
    5. Penentuan Letak Janin (Presentasi Janin) dan penghitungan Denyut Jantung Janin,
        Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit menunjukkan ada tanda GAWAT JANIN SEGERA RUJUK
    6. Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
        Oleh petugas untuk selanjutnya bilamana diperlukan mendapatkan suntikan tetanus toksoid sesuai anjuran petugas kesehatan untuk mencegah tetanus pada ibu dan bayi
        Tabel tentang waktu pemberian imunisasi TT dan lama perlindungannya :

Imunisasi TT

Selang Waktu Minimal

Lama Perlindungan

TT 1

 

Langkah awal pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus

TT 2

1 bulan setelah TT 1

3 tahun

TT 3

6 bulan setelah TT 2

5 tahun

TT 4

12 bulan setelah TT 3

10 Tahun

TT 5

12 bulan setelah TT 4

>25 tahun


    7. Pemberian Tablet Tambah Darah
        Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum pada malam hari untuk mengurangi rasa mual
    8. Tes Laboratorium
        1. Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila diperlukan
        2. Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah (Anemia)
        3. Tes pemeriksaan urine (air kencing)
        4. Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan Sifilis, sementara pemeriksaan malaria dilakukan di daerah endemis
    9. Konseling atau Penjelasan
        Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan kehamilan, pencegahan kelainan bawaan, persalinan dan inisiasi menyusu dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI eksslusif, Keluarga Berencana dan imunisasi pada bayi. Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada saat kunjungan ibu hamil
  10. Tatalaksana atau Mendapatkan Pengobatan
        Jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada saat hamil


Perawatan Sehari - Hari

1. Makan beragam makanan secara proporsional dengan pola gizi seimbang dan 1 porsi            lebih banyak daripada sebelum hamil
2. Istirahat yang cukup
  •  Tidur malam paling sedikit 6-7 jam dan usahakan siangnya tidur/berbaring 1-2 jam
  • Posisi tidur sebaiknya miring ke kiri
  • Pada daerah endemis malaria gunakan kelambu berinsektisida
  • Bersama dengan suami lakukan rangsangan/stimulasi pada janin dengan sering mengelus - elus perut ibu dan ajak janin bicara sejak usia kandungan 4 bulan
3. Menjaga kebersihan diri
  • Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum makan, setelah buang air besar dan buang air kecil
  • Menyikat gigi secara benar dan teratur minimal setelah sarapan dan sebelum tidur
  • Mandi 2 kali sehari
  • Bersihkan payudara dan daerah kemaluan
  • Ganti pakaian dan pakaian dalam setiap hari
  • Periksakan gigi ke fasilitas kesehatan pada saat periksa kehamilan
4. Boleh melakukan hubungan suami istri selama hamil. Tanyakan ke petugas kesehatan cara yang aman
5. Aktifitas Fisik
  • Ibu hamil yang sehat dapat melakukan aktivitas fisik sehari - hari dengan memperhatikan kondisi ibu dan keamanan janin yang dikandungnya
  • Suami membantu istrinya yang sedang hamil untuk melakukan pekerjaan sehari - hari
  • Ikuti senam ibu hamil sesuai dengan anjuran petugas kesehatan

Yang Harus Dihindari Ibu Selama Hamil

  1. Kerja berat
  2. Merokok atau terpapar asap rokok
  3. Minum minuman bersoda, beralkohol dan jamu
  4. Tidur terlentang > 10 menit pada masa hamil tua
  5. Ibu hamil minum obat tanpa resep dokter
  6. Stress berlebihan

Makanan Ibu Hamil


    • Makanlah dengan pola gizi seimbang dan bervariasi, 1 porsi lebih banyak dari sebelum hamil
    • Tidak ada pantangan makanan selama hamil
    • Cukupi kebutuhan air minum pada saat hamil. Kebutuhan air minum ibu hamil 10 gelas per hari
    • Jika mual, muntah dan tidak nafsu makan, pilihlah makanan yang tidak berlemak dalam porsi kecil tetapi sering. Contohnya : buah, roti, ubi, singkong, biskuit
    • Jangan minum minuman keras, merokok
    • Jika minum obat tanyakan kepada petugas kesehatan

Tanda Bahaya Pada Kehamilan

    • Muntah terus dan tak mau makan
    • Demam tinggi
    • Bengkak kaki, tangan dan wajah, atau sakit kepala disertai kejang
    • Janin dirasakan kurang bergerak dibandingkan sebelumnya
    • Pendarahan pada hamil muda dan hamil tua
    • Air ketuban keluar sebelum waktunya

Masalah Lain Pada Masa Kehamilan

    • Demam, menggigil dan berkeringat. Bila ibu berada di daerah endemis malaria, menunjukkan adanya gejala penyakit malaria
    • Terasa sakit pada saat kencing atau keluar keputihan atau gatal - gatal di daerah kemaluan
    • Batuk lama (lebih dari 2 minggu)
    • Jantung berdebar - debar atau nyeri di dada
    • Diare berulang
    • Sulit tidur dan cemas berlebihan

Retensio Plasenta

                                      


Retensio Plasenta

            Retensio plasenta ialah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Plasenta yang belum lahir dan masih melekat di dinding rahim oleh karena kontraksi rahim kurang kuat untuk melepaskan plasenta disebut plasenta adhesiva (perkreta). Plasenta yang belum lahir dan masih melekat di dinding rahim oleh karena villi korialisnya menembus desidua sampai miometrium disebut plasenta akreta. Plasenta yang sudah lepas dari dinding rahim tetapi belum lahir karena terhalang oleh lingkaran konstriksi di bagian bawah rahim disebut plasenta inkarserata. Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang sebagian atau seluruhnya telah lepas dari dinding rahim. Banyak atau sedikitnya perdarahan tergantung luasnya bagian plasenta yang telah lepas dan dapat timbul perdarahan. Melalui periksa dalam atau tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah plasenta sudah lepas atau belum dan bila lebih dari 30 menit maka kita dapat melakukan plasenta manual.

Prosedur plasenta manual sebagai berikut :
  • Sebaiknya pelepasan plasenta secara manual dilakukan dalam narkosis, karena relaksasi otot memudahkan pelaksanaannya terutama bila retensi telah lama. Sebaiknya juga dipasang infus NaCl 0,9% sebelum tindakan dilakukan. Setelah desinfektan tangan dan vulva termasuk daerah seputarnya, labia dibeberkan dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan dimasukkan secara obstetrik ke dalam vagina.
  • Sekarang tangan kiri menahan fundus untuk mencegah kolporeksis. Tangan kanan dengan posisi obstetrik menuju ke ostium uteri dan terus ke lokasi plasenta, tangan dalam ini menyusuri tali pusat agar tidak terjadi salah jalan (false route).
  • Supaya tali pusat mudah diraba, dapat diregangkan oleh pembantu (asisten). Setelah tangan dalam sampai ke plasenta, maka tangan tersebut dipindahkan ke pinggir plasenta dan mencari bagian plasenta yang sudah lepas untuk menentukan bidang pelepasan yang tepat. Kemudian dengan sisi tangan kanan sebelah kelingking (ulner), plasenta dilepaskan pada bidang antara bagian plasenta yang sudah terlepas dari dinding rahim dengan gerakan yang sejajar dengan dinding rahim. Setelah seluruh plasenta terlepas, plasenta dipegang dan dengan perlahan - lahan ditarik keluar.
  • Kesulitan yang mungkin dijumpai pada waktu pelepasan plasenta secara manual ialah adanya lingkaran konstriksi yang hanya dapat dilalui dengan dibatasi oleh tangan dalam secara perlahan - lahan dan dalam nakrosis yang dalam. Lokasi plasenta pada dinding depan rahim juga sedikit lebih sukar dilepaskan daripada lokasi di dinding belakang. Ada kalanya plasenta tidak dapat dilepaskan secara manual seperti halnya pada plasenta akreta, dalam hal ini tindakan dihentikan

Setelah plasenta dilahirkan dan diperiksa bahwa plasenta lengkap, segera dilakukan kompresi bimanual uterus dan disuntikkan Ergometrin 0,2mg IM atau IV sampai kontraksi uterus baik. Pada kasus retensio plasenta, risiko antonia uteri tinggi oleh karena itu harus segera dilakukan tindakan pencegahan perdarahan postpartum. Apabila kontraksi rahim tetap buruk, dilanjutkan dengan tindakan sesuai prosedur tindakan pada antonia uteri. Plasenta akreta ditangani dengan histerektomi oleh karena itu harus dirujuk ke rumah sakit.


Tanda dan Gejala Retensio Plasenta

  • Demam
  • Perdarahan segar dari vagina beberapa hari setelah melahirkan
  • Nyeri hebat pada bagian perut bawah
  • Keluarnya cairan tubuh yang berbau disertai keluarnya jaringan yang menggumpal

Penyebab Retensio Plasenta

Retensi plasenta terjadi karena berbagai faktor tergantung dengan jenisnya masing-masing. Misalnya plasenta akreta terjadi karena plasenta menempel erat pada jaringan otot rahim, sehingga tidak dapat dilahirkan dengan mudah. Pada umumnya, penyebab retensi plasenta yang paling sering ditemukan adalah karena adanya gangguan pada kontraksi rahim. Kontraksi yang lemah serta jeda yang terlalu lama dapat menghambat proses lahirnya plasenta. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya retensi plasenta, yaitu:

  • Kehamilan yang terjadi pada usia di atas 30 tahun
  • Persalinan prematur, di bawah usia kehamilan 34 minggu
  • Pernah melakukan persalinan secara operasi caesaria
  • Pernah melakukan pembedahan rahim
  • Memiliki bekas kuretase
  • Menderita endometriosis
  • Memiliki kelainan anatomis atau bentuk rahim

Molahidatidosa

Molahidatidosa
Molahidatidosa adalah plasenta dengan vili korialis yang berkembang tidak sempurna dengan gambaran adanya pembesaran, edema, dan vili vesikuler sehingga menunjukkan berbagai ukuran trofoblas profileratif tidak normal. Molahidatidosa terdiri dari : molahidatidosa komplit dan molahidatidosa parsial.
    1.   Molahidatidosa komplit
               Hasil kehamilan tidak normal tanpa adanya embrio - janin, dengan pembengkakan hidropik vili plasenta dan seringkali memiliki hiperplasia trofoblastik pada kedua lapisan. Pembengkakan vili menyebabkan pembentukan sisterna sentral disertai penekanan jaringan penghubung matur yang mengalami kerusakan pembuluh darah.
     2.  Molahidatidosa parsial
                 Hasil kehamilan tidak normal dengan adanya embrio - fetus yang cenderung mati pada kehamilan dini, dengan pembentukan sisterna sentral pada plasenta akibat pembengkakan fokal vili korialis, dan disertai hiperplasia trofoblastik fokal yang seringkali hanya melibatkan sinsitiotrofoblas. Vili yang tidak terpengaruh memberikan gambaran normal dan pembuluh darah vili korialis menghilang bersamaan dengan kematian janin.
                           Di Asia, insiden molahidatidosa komplit tertinggi adalah di Indonesia yaitu 1 dari 77 kehamilan dan 1 dari 57 persalinan. Faktor risiko molahidatidosa adalah nutrisi, sosio-ekonomi (asupan karoten rendah, defisiensi vitamin A), dan usia maternal.
                            Molahidatidosa komplit hanya mengandung DNA paternal sehingga bersifat androgenetik tanpa adanya jaringan janin. Hal ini terjadi karena satu sel sperma membawa kromosom 23,X- melakukan fertilisasi terhadap sel telur yang tidak membawa gen maternal (tidak aktif), kemudian mengalami duplikasi membentuk 46XX homozigot. Namun fertilisasi  juga dapat terjadi pada dua spermatozoa yang akan membentuk 46XY atau 46XX heterozigot. Secara makroskopik, pada kehamilan trimester dua molahidatidosa komplit berbentuk seperti anggur karena vili korialis mengalami pembengkakan secara menyeluruh. Pada kehamilan trimester pertama, vili korialis mengandung cairan dalam jumlah lebih sedikit, bercabang dan mengandung sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas hiperplastik dengan banyak pembuluh darah.
                            Molahidatidosa parsial merupakan triploid yang mengandung dua set kromosom paternal dan satu set kromosom maternal, tetapi pada triploid akibat dua set kromosom maternal tidak menjadi molahidatidosa parsial. Pada molahidatidosa parsial, seringkali terdapat mudigah atau jika ditemukan sel darah merah berinti pada pembuluh darah vili korialis.
                            Diagnosis ultrasonografi (USG) kehamilan dini molahidatidosa komplit seringkali dihubungkan dengan abortus atau kehamilan nirmudigah. Molahidatidosa komplit dapat berhubungan dengan kelainan USG plasenta. Namun, USG memiliki keterbatasan dalam memprediksi molahidatidosa parsial. Pada kehamilan ganda dengan janin yang dapat hidup dan suatu kehamilan mola, maka kehamilan tersebut dianjurkan untuk diteruskan

Tanda-tanda & gejala

Apa saja tanda-tanda dan gejala hamil anggur?

1. Nyeri panggul

Wanita yang mengalami kehamilan ini akan merasakan tekanan berlebih di panggul. Kondisi ini biasanya menyebabkan rasa nyeri yang cukup mengganggu.

2. Mual dan muntah

Meskipun mual dan muntah umum terjadi pada ibu hamil, pada orang yang hamil palsu, kondisi ini menyerang lebih parah dari biasanya.

3. Perdarahan

Anda akan mengalami perdarahan vagina yang berwarna cokelat hingga merah terang selama trimester pertama. Biasanya disertai dengan kumpulan benjolan seperti buah anggur yang keluar dari vagina.

4. Preeklampsia dini

Preeklampsia atau tekanan darah tinggi tanpa adanya riwayat hipertensi biasanya terjadi di minggu ke-20 kehamilan. Namun, orang yang mengalami hamil palsu justru mengalaminya di minggu-minggu awal kehamilan.

5. Peningkatan kadar hCG

Ciri lainnya yang menandakan seseorang mengalami hamil palsu ialah kadar hCG ang meningkat lebih tinggi dibanding wanita hamil normal. Hormon hCG adalah hormon yang dibuat oleh plasenta selama kehamilan.

6. Tidak ada tanda kehidupan pada janin

Biasanya hal ini ditandai dengan tidak adanya gerakan atau detak jantung yang terdeteksi seperti pada kehamilan pada umumnya. Dalam beberapa kasus, ini bisa jadi ciri-ciri hamil palsu yang pertama kali disadari oleh calon ibu.

7. Pertumbuhan rahim abnormal

Kondisi ini ditandai dengan pertumbuhan uterus (rahim) yang terlalu cepat di awal kehamilan. Akibatnya, rahim mengalami peningkatan ukuran tidak normal, tidak sesuai dengan usia kehamilan.

Maka dari itu, perut wanita yang hamil anggur bisa saja terlihat lebih besar dari perut ibu hamil seusianya.

8. Hipertiroidisme

Kondisi ini terjadi ketika kelenjar tiroid terlalu aktif dan menghasilkan hormon tiroksin secara berlebihan. Hal ini mengakibatkan berbagai gangguan metabolisme pada tubuh, termasuk hamil palsu.

9. Munculnya kista ovarium

Pada hamil palsu, plasenta berkembang menjadi kista yang berkembang secara tidak normal. Kista ini berbentuk kantong berisi cairan yang terbentuk di dalam ovarium.

10. Anemia

Anemia dapat menjadi ciri-ciri hamil anggur yang perlu diwaspadai dan terjadi biasanya akibat seseorang kekurangan sel darah merah sehat.

Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, sebaiknya Anda mulai periksakan diri ke dokter dan deteksilah tanda-tanda lanjutan seperti:

  • Rahim yang membesar dengan pembesaran yang tidak normal dan terlalu besar untuk diprediksikan sebagai tanda kehamilan
  • Meningginya tekanan darah
  • Adanya kista pada ovarium Anda
  • Berkurangnya zat besi dalam tubuh Anda (anemia)
  • Timbulnya gejala-gejala penyakit hipertiroid seperti kelelahan, gugup, detak jantung tidak teratur, dan keluarnya keringat berlebihan
  • Keluarnya cairan dari vagina Anda.

Setelah Anda terdeteksi positif hamil anggur, jaringan-jaringan tersebut akan diangkat dengan tindakan medis operasi hingga tak ada yang tertinggal pada rahim Anda. Hal ini dilakukan guna mencegah komplikasi berkelanjutan,

Kalaupun gejala-gejala yang Anda alami tidak terdeteksi sebagai hamil palsu, tapi Anda mengalami keguguran pada 20 minggu pertama dengan penyebab yang tidak diketahui, hal ini sering kali akan diindikasikan sebagai hamil anggur.

Keguguran dalam kurun waktu 20 minggu ini biasa terjadi sebagai respon dari tubuh Anda untuk mengakhiri kehamilan yang bermasalah.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Anda harus langsung cek ke dokter saat mengalami gejala hamil normal pada umumnya. Dokter akan memeriksa kehamilan Anda dan memastikan kehamilan Anda.

Saat mengalami tanda hamil apa pun, Anda harus menghubungi dokter. Terlebih apabila Anda mengalami gejala hamil anggur lebih lanjut seperti di bawah ini:

  • Pertumbuhan rahim yang cepat, bisa dilihat dari perut ibu yang membesar dalam jangka waktu pendek.
  • Tekanan darah tinggi tidak normal
  • Munculnya protein di urin setelah 20 minggu kehamilan
  • Mengalami anemia
  • Mengalami hipertiroidisme, termasuk rasa cemas/gugup, keringat berlebih, atau metabolisme tubuh terlalu cepat.

Kondisi hamil anggur fatal dan memerlukan penanganan segera.

Penyebab

Apa penyebab hamil anggur?

Hamil anggur pada awalnya sama-sama melewati proses pembuahan antara sel telur wanita dan sel sperma pria. Namun, sel telur abnormal yang dibuahi malah berkembang menjadi tumor, bukan janin.

Hamil anggur juga bisa disebabkan ketika sperma tidak membuahi sel telur dengan benar. Akhirnya, sekumpulan sel yang seharus bisa membentuk plasenta berubah membentuk jaringan abnormal.

Pada kondisi ini, jaringan berisi cairan akan tumbuh memenuhi ruang di dalam rahim, bukannya janin. Sel-sel berisi cairan ini disebut trofoblas.

Pertumbuhan tumor jinak trofoblas tetap bisa memicu gejala-gejala kehamilan. Itu kenapa banyak wanita yang mengira mereka sedang hamil, padahal sebenarnya tidak karena mengalami molar pregnancy.

Beberapa kemungkinan penyebab lainnya adalah kelainan kromosom. Hamil anggur dapat terjadi apabila jumlah materi genetik dalam sel telur yang dibuahi tidak tepat.

Sel manusia normalnya mengandung 23 pasang kromosom, satu set dari ibu dan yang lainnya dari ayah. Struktur genetik kromosom ini membawa informasi yang fungsi memberitahu sel-sel tubuh apa yang harus dilakukan.

Dalam hamil anggur, ada satu set kromosom tambahan yang berasal dari ayah. Ketika ini terjadi, sel telur yang telah dibuahi tidak dapat bertahan hidup dan akhirnya mati beberapa minggu setelah kehamilan.

Faktor-faktor risiko

Apa yang meningkatkan risikonya?

Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko perempuan mengalami hamil palsu, yaitu:

  • Usia saat hamil, wanita yang hamil di atas 35 tahun atau di bawah 20 tahun berisiko lebih tinggi.
  • Pernah hamil anggur sebelumnya. Kehamilan anggur berulang rata-rata terjadi pada 1-2 dari 100 wanita.
  • Pernah keguguran.
  • Wanita etnis Asia lebih sering mengalami kondisi ini.
  • Kekurangan asupan karoten, bentuk lain dari vitamin A. Wanita yang tidak mendapatkan cukup vitamin A berisiko lebih tinggi mengalami hamil anggur komplet.

Apa dampakknya pada rahim?

Ketika Anda mengalami hamil anggur, Anda akan disarankan untuk tidak segera hamil dalam beberapa bulan hingga satu tahun hingga Anda menyelesaikan program monitoring hormon Anda.

Baiknya, diskusikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum Anda berencana untuk hamil lagi.

Setelah operasi pengangkatan jaringan abnormal, pada beberapa kasus, masih terdapat jaringan yang tertinggal pada tubuh Anda.

Jaringan ini sering kali tetap berkembang menjadi penyakit trofoblastik gestasional (kehamilan abnormal karena adanya tumor ganas). Kejadian ini bisa terjadi pada 1 dari 5 perempuan.

Penyakit trofoblastik gestasional masih dapat ditangani dengan tindakan kemoterapi (Anda masih mungkin akan hamil kira-kira setahun setelah Anda menyelesaikan kemoterapi) maupun dengan pengangkatan rahim (hanya disarankan bagi Anda yang tidak lagi berencana hamil).

Sifatnya yang ganas menjadikan penyakit trofoblastik gestasional ini berpotensi memicu terjadinya kanker.

Hal ini sangat mungkin terjadi, tetapi sangat jarang dan pada beberapa kasus masih bisa ditangani dengan kombinasi beberapa pengobatan kanker.

Komplikasi

Apa saja komplikasi yang bisa  muncul?

Hamil anggur yang didiagnosis sejak awal umumnya tidak akan menimbulkan efek kesehatan apapun.

Namun apabila diagnosis terlambat dan tidak ditangani segera, masalah kehamilan ini bisa menimbulkan komplikasi berikut:

1. Perdarahan

Hamil anggur dapat menyebabkan perdarahan yang keluar dari vagina. Perdarahan yang keluar bisa berupa gumpalan darah atau cairan vagina berwarna coklat encer.

Cairan yang keluar tidak sepenuhnya darah, tapi juga termasuk potongan jaringan tumor yang dapat terlihat seperti anggur kecil.

Perdarahan vagina yang disebabkan oleh molar pregnancy (hamil anggur) biasanya dimulai antara minggu ke-6 sampai 12 kehamilan.

2. Preeklampsia

Tubuh wanita yang mengalami hamil anggur akan memproses zat-zat tertentu dalam darah. Zat-zat ini dapat meningkatkan tekanan darah, kemudian memengaruhi kerja ginjal dan bahkan kadang juga fungsi hati. Kondisi tekanan darah tinggi saat hamil adalah tanda preeklampsia

3. Persistent GTD (gestational trophoblastic disease)

Kadang setelah jaringan hamil molar (hamil anggur) dikeluarkan lewat proses kuret tetap mungkin masih ada sisa yang tertinggal dalam rongga rahim. 

Sel-sel yang tertinggal biasanya hilang sendiri dalam beberapa bulan, tapi jika tidak ini mengakibatkan kondisi yang dinamakan persistent GTD (gestational trophoblastic disease).

Persistent GTD ditandai dengan peningkatan jumlah hCG bahkan sampai setelah kuret. Kira-kira 1 dari 7 wanita yang hamil anggur komplit dan 1 dari 200 wanita hamil anggur parsial mengalami komplikasi ini.

Jika persistent GTD menyebar ke organ lain, kondisi ini bisa didiagnosis sebagai kanker sehingga perlu kemoterapi selama beberapa bulan. Sebagian besar wanita dengan kondisi ini akan diobati dengan kombinasi suntikan obat metotreksat dan asam folinat.

Akan tetapi jika tidak juga hilang setelah itu, butuh perawatan lebih lanjut sesuai rencana dokter.

4. Koriokarsinoma (Choriocarsinoma)

Koriokarsinoma adalah jenis kanker yang dapat terjadi pada lapisan rahim. Koriokarsinoma dapat terjadi setelah kehamilan yang normal dan sehat sekalipun. Sebagian besar kariokarsinoma terjadi dan berkaitan dengan hamil anggur sebelumnya. 

Obat & Pengobatan

Bagaimana hamil anggur didiagnosis?

Dokter dapat mendiagnosis hamil anggur dengan beberapa pemeriksaan berikut ini

  • Mengecek riwayat medis terlebih dahulu, apakah ibu hamil pernah mengalami keguguran atau aborsi.
  • Melakukan pemeriksaan fisik.
  • Melakukan tes darah untuk memeriksa seberapa tinggi kadar hormon kehamilan hCG.
  • Pemeriksaan USG untuk cek kondisi rahim dan memastikan kehamilan.
  • Pemeriksaan rahim lain menggunakan X-ray, computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI) jika diduga kanker mungkin telah menyebar ke area lain dari tubuh.

Untuk mencurigai hamil anggur, dokter harus menemukan gejala yang jelas. Namun, diagnosis mungkin akan lebih sulit jika mengalami kondisi berikut:

  • Sebelumnya Anda pernah hamil, sehat dan normal. Tidak ada komplikasi atau masalah kesehatan apa pun sampai waktunya melahirkan.
  • Apabila Anda pernah keguguran, tapi tidak tahu apakah keguguran itu akibat kehamilan anggur atau bukan. Untuk memastikannya, sampel jaringan di rahim harus diuji di laboratorium.

Bagaimana cara menangani hamil anggur?

Mola hidatidosa atau hamil anggur dapat diobati melalui beberapa prosedur ini

1. Menggunakan obat-obatan

Jika sel-sel abnormal di dalam rahim tumbuh besar dan tidak dapat dikeluarkan dengan alat, maka dokter akan meresepkan obat-obatan.

Obat akan diberikan untuk membuat rahim kontraksi, sehingga dapat mengeluarkan isinya melalui vagina.

2. Dilasi dan kuretase (D&C)

Dilasi adalah proses untuk melebarkan serviks karena leher rahim ibu tidak bisa membuka dengan sendirinya.

Setelah dibuka, baru dilakukan kuretase atau pengeluaran jaringan di dalam rahim untuk membersihkan sisa hamil anggur.

Setelahnya, kadar hormon hamil hCG dalam darah akan diukur untuk menentukan apakah mola hidatidosa (hamil anggur) telah terangkat sepenuhnya.

3. Histerektomi

Prosedur ini dilakukan dengan cara membedah dan mengangkat rahim untuk dikeluarkan dari dalam tubuh.

Penyebab utama wanita harus melakukan histerektomi adalah karena mereka punya masalah kesehatan yang mengharuskan rahimnya diangkat.

Mana pun solusi yang dokter anjurkan, mungkin Anda akan tetap diperlukan menjalani pemeriksaan lanjutan selama 6 bulan hingga 1 tahun. Anda juga perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum berencana hamil lagi.

3. Pemantauan HCG

Setelah jaringan molar diangkat, dokter biasanya akan terus melakukan pengukuran tingkat hCG hingga kembali normal.

hCG adalah hormon yang diproduksi oleh plasenta selama kehamilan. Namun, hormon ini juga bisa diproduksi saat ada jaringan abnormal yang tumbuh di rahim seperti pada kasus hamil anggur.

Jika kadar hCG dalam darah masih terdeteksi, tandanya masih ada jaringan molar yang tersisa di dalam rahim Anda.

Oleh karena itu, dokter biasanya akan memantau kadar HCG selama 6 bulan hingga 1 tahun sejak pengobatan dilakukan.

Pada akhirnya, metode apa yang akan dipilih untuk kasus hamil anggur harus Anda diskusikan dengan dokter atau bidan. Kondisi setiap wanita berbeda, maka metode pengobatan hamil anggur bisa berbeda-beda pula tiap kasus