Bayi Dan Balita


Bayi Baru Lahir Normal

        Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor - faktor yang memperlemah kondisi seorang ibu hamil perlu diprioritaskan, seperti gizi yang rendah, anemia, dekatnya jarak antar kehamilan, dan buruknya higiene. Di samping itu perlu dilakukan pula pembinaan kesehatan pranatal yang memadai dan penanggulangan faktor - faktor yang menyebabkan kematian perinatal yang meliputi : 
  1. Perdarahan
  2. Hipertensi
  3. Infeksi
  4. Kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah
  5. Asfiksia
  6. Hipotermia
            Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan - kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok, beberapa bagian tubuh mengeras, dan keterlambatan tumbuh-kembang. Contoh lain misalnya, kurang baiknya pembersihan jalan napas waktu lahir dapat menyebabkan masuknya cairan lambung ke dalam paru - paru yang mengakibatkan kesulitan pernapasan, kekurangan zat asam, dan apabila hal ini berlangsung terlalu lama dapat menimbulkan perdarahan otak, kerusakan otak dan kemudian keterlambatan tumbuh - kembang. Tak kurang penting adalah pencegahan terhadap infeksi yang dapat terjadi melalui tali pusat pada waktu pemotongan tali pusat, melalui mata, melalui telinga pada waktu persalinan atau pada waktu memandikan/membersihkan bayi dengan bahan, atau cairan atau alat yang kurang bersih.
            Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia, mempertahankan suhu tubuh bayi, terutama pada bayi berat lahir rendah, pemberian air susu ibu (ASI) dalam usaha menurunkan angka kematian oleh karena diare, pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi psikologis merupakan tugas pokok bagi pemantau kesehatan bayi dan anak. Neonatus pada minggu - minggu pertama sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu pada waktu hamil dan melahirkan. Manajemen yang baik pada waktu masih dalam kandungan, selama persalinan, segera sesudah dilahirkan, dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya akan menghasilkan bayi yang sehat.

Penanganan Bayi Baru Lahir

            Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, ialah :
  • Membersihkan Jalan Napas

            Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan napas dengan cara sebagai berikut.
  1. Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan hangat
  2. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
  3. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kasa steril
  4. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 - 3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis
            Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan otak. Sangat penting membersihkan jalan napas, sehingga upaya bayi bernapas tidak akan menyebabkan  aspirasa lendir (masuknya lendir ke paru - paru)
    • Alat penghisap lendir mulut (DeLee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus telah siap di tempat
    • Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
    • Petugas harus memantau dan mencatat usaha napas yang pertama
    • Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan
            Bantauan untuk memulai pernapasan mungkin diperlukan untuk mewujudkan ventilasi yang adekuat.
  • Memotong dan Merawat Tali Pusat

            Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari dan atau setiap tali basah/kotor.
            Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan. Membungkus ujung potongan tali pusat adalah kerja tambahan.
  1. Alat pengikat tali pusat atau klem harus selalu siap tersedia di ambulans, di kamar bersalin, ruang penerima bayi dan ruang perawatan bayi
  2. Gunting steril juga siap
  3. Pantau kemungkinan terjadinya perdarahan dari tali pusat

  • Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi

            Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat.

  • Memberi Vitamin K
            Kejadian perdarahan karena defisiensi Vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi berkisar 0,25 - 0,5%. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi risiko tinggi diberi Vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM.

  • Memberi Obat Tetes/Salep Mata
            Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oftalmia neonatorum. Di daerah di mana prevalansi gonorea tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual)
    • Perawatan mata harus dikerjakan segera. Tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat, dan harus dicatat di dalam status termasuk obat apa yang digunakan
    • Yang lazim dipakai adalah larutan Perak Nitrat atau Neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahir
    • Peralatan untuk perawatan mata harus siap di ruang penerimaan/persalinan, ruang rawat bayi, termasuk :
      • Obat - obatan
      • Perlengkapan berisi :
        • alat tetes mata
        • Gelas obat kecil steril dan kapas
      • Cairan NaCl untuk irigasi mata (bila yang dipakai Perak Nitrat)
    • Perubahan warna dari cairan penetes berarti telah terjadi perubahan kimia, sehingga tak dapat dipakai lagi
    • Petugas hendaknya secara rutin meneliti terjadinya perubahan warna pada cairan obat yang dipakai atau adanya kristal yang timbul yang mungkin terjadi apabila suhu ruangan melebihi 34 derajat celcius

  • Identifikasi Bayi

            Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan
    • Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin, dan di ruang rawat bayi
    • Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek, dan tidak mudah lepas
    • Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum :
    1. Nama (bayi, nyonya)
    2. Tanggal lahir
    3. Nomor bayi
    4. Jenis kelamin
    5. Unit
    6. Nama lengkap ibu
    • Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identidikasi
            Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak di catatan yang tidak mudah hilang. Sidik telapak kaki bayi harus dibuat oleh personil yang berpengalaman menerapkan cara ini, dan dibuat dalam catatan bayi. Bantalan sidik kaki harus disimpan dalam ruangan bersuhu kamar.
            Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medik.

  • Pemantauan Bayi Baru Lahir
            Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
    • Dua jam pertama sesudah lahir
                    Hal - hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi :
    1. Kemampuan menghisap kuat atau lemah
    2. Bayi tampak aktif atau lunglai
    3. Bayi kemerahan atau biru
    • Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya
                    Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut, seperti :
    1. Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan,
    2. Gangguan pernapasan,
    3. Hipotermia,
    4. Infeksi,
    5. Cacat bawaan dan trauma lahir                

Nifas

Nifas Normal

    Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat - alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira - kira 6 minggu.
    Pada masa ini terjadi perubahan - perubahan fisiologi, yaitu :
  • Perubahan fisik
  • Involusi uterus dan pengeluaran lokhia
  • Laktasi/pengeluaran  air susu ibu
  • Perubahan sistem tubuh lainnya
  • Perubahan psikis
    Tujuan asuhan masa nifas :
  • Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik
  • Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya
  • Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat
  • Memberikan pelayanan keluarga berencana
    Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 5% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
    Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupann bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ini.

Program dan Kebijakan Teknis

    Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah - masalah yang terjadi.

Kunjungan

Waktu

Tujuan

1

6 – 8 jam setelah persalinan

-           Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

-           Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan; rujuk bila perdarahan berlanjut

-           Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

-           Pemberian ASI awal

-           Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

-           Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia

-           Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil

2

6 hari setelah persalinan

-              Memastikan involusi uterus berjalan normal; uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tida ada bau

-              Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

-              Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat

-              Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda – tanda penyulit

-              Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari - hari

3

2 minggu setelah persalinan

-              Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)

4

6 minggu setelah persalinan

-              Menanyakan pada ibu tentang penyulit – penyulit yang ia atau bayi alami

-              Memberikan konseling untuk KB secara dini



Peran dan Tanggung Jawab Bidan

    Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah memberi perawatan dan dukungan sesuai kebutuhan ibu, yaitu melalui kemitraan (partnership) dengan ibu. Selain itu, dengan cara :
  1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas
  2. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas
  3. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah
  4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencanan 
  5. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan
  6. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien
 

Perawatan dan Hal - Hal yang Terjadi Selama Nifas

1. Genitalia Interna dan Eksterna
        Alat - alat genitalia interna dan eksterna akan berangsur pulih kembali seperti keadaan sebelum           hamil, yang disebut involusi.
    1) Fundus uteri
  • Setinggi pusat setelah janin dilahirkan
  • Setinggi 2 jari bawah pusat segera setelah plasenta lahir
  • Setinggi 7 cm atas simfisis ossis pubis atau setengah simfisis-pusat pada hari ke - 5
  • Tidak dapat diraba di atas simfisis ossis pubis setelah 12 hari
    2) Bekas implantasi plasenta
  • Merupakan luka kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri yang berdiameter 7,5 cm
  • Sering disangka sebagai bagian plasenta yang tertinggal
  • Diameternya menjadi 3,5 cm sesudah 2 minggu
  • Diameternya mencapai 2,4 cm pada 6 minggu
    3) Berat uterus
  • Berat uterus normal kira - kira 30 gram
  • Berat uterus gravidus aterm kira - kira 1000 gram
  • Beratnya menjadi 500 gram, 1 minggu pasca persalinan
  • Beratnya menjadi 300 gram, 2 minggu pasca persalinan
  • Beratnya menjadi 40 - 60 gram setelah 6 minggu pasca persalinan
    4) Pembukaan serviks
  • Serviks agak terbuka seperti corong pada pasca persalinan dan konsistensinya lunak
  • Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri segera setelah melahirkan
  • 2 - 3 jari tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri setelah 2 jam pasca persalinan
  • 1 jari tangan pemeriksa hanya dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri setelah 1 minggu
    5) Endometrium
  • Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta 
    6) Ligamen, diafragma pelvis, fasia, otot, dan dinding vagina
  • Ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur - angsur kembali seperti semula
  • Ligamentum rotundum dapat mengendor sehingga pada hari kedua pasca persalinan harus dilakukan latihan senam
  • Otot - otot dinding perut akan berinvolusi pada 6 - 7 minggu pasca persalinan
  • Dinding vagina yang teregang akan kembali seperti sebelumnya kira - kira setelah 3 minggu
    7) Luka dan infeksi
  • Luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer
  • Infeksi dapat timbul dan dapat menyebabkan selulitis dan bila berlanjut dapat menimbulkan sepsis
2. Suhu Badan Pasca Persalinan
  • Dapat naik lebih dari 0,5 derajat celcius dari keadaan normal tetapi tidak lebih dari 39 derajat celcius
  • Umumnya suhu badan kembali normal sesudah 12 jam pertama melahirkan
  • Bila suhu lebih dari 38 derajat celcius, mungkin ada infeksi
3. Nadi
  • Nadi umumnya 60 - 80 denyut per menit
  • Segera setelah partus dapat terjadi takikardi
  • Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung
  • Pada masa nifas, umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu badan
4. Hemokonsentrasi
        Dapat terjadi pada hari ke 3 - 15 pasca persalinan

5. Laktasi
        Kelenjar mamae telah dipersiapkan semenjak kehamilan. Umumnya produksi ASI baru terjadi pada hari ke 2 atau ke 3 pasca persalinan. Pada hari pertama keluar kolostrum, cairan kuning yang lebih kental daripada air susu mengandung banyak protein albumin, globulin dan lainnya yang ada di kolostrum. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan membalut kedua mammae hingga tertekan atau memberikan bromokriptin hingga hormon laktogenik tertekan. Kesulitan yang dapat terjadi selama masa laktasi ialah :
    1) Putting rata
  • Sejak hamil, ibu dapat menarik - narik putting susu
  • Ibu harus tetap menyusui agar putting selalu sering ditarik
    2) Putting lecet
  • Putting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara yang tidak benar dan infeksi monilia
  • Penatalaksanaan dengan melakukan teknik menyusui yang benar, putting harus kering saat menyusui, putting diberi lanolin, monilia diterapi dan menyusui pada payudara yang tidak lecet
  • Bila lecetnya luas, menyusui ditunda 24 - 48 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau dipompa
    3) Payudara bengkak
  • Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI tidak lancar karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih
  • Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering, kompres hangat, ASI dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesik
    4) Mastitis
  • Payudara tampak oedema, kemerahan, dan nyeri biasanya terjadi beberapa minggu setelah melahirkan
  • Penatalaksanaan dengan kompres hangat/dingin, pemberian antibiotik dan analgesik, menyusui tidak dihentikan
    5) Abses payudara
            Penatalaksanaan yaitu ASI dipompa, abses diinsisi, diberikan antibiotik dan analgesik
    
    6) Bayi tidak suka menyusui
  • Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh, bingung putting pada bayi yang menyusui diselang - seling dengan susu botol, putting rata dan terlalu kecil atau bayi mengantuk
  • Pancaran ASI terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering, memijat payudara sebelum menyusui dan menyusui dengan posisi terlentang dan bayi ditaruh di atas payudara
  • Pada bayi dengan bingung putting, hindari pemakaian dot botol dan gunakan sendok atau pipet untuk memberikan pengganti ASI
  • Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan ASI, usahakan agar bayi terbangun
6. Mulas
  • Perasaan mulas sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang sangat mengganggu selama 2 - 3 hari pasca persalinandan biasanya lebih sering pada multipara dibanding primipara
  • Perasaan mulas lebih terasa saat menyusui, dapat pula timbul bila masih ada sisa selaput ketuban, sisa plasenta, atau gumpalan darah dalam kavum uteri
  • Pasien dapat diberikan analgesik atau sedatif
7. Serviks Uterus dan Adneksa
  • Keadaan serviks, uterus, dan adneksa bila ada perdarahan, biasanya karena involusi uteri, dapat diberikan tablet ergometrin dan tirah baring untuk menghentikan perdarahan
  • Bila serviks tampak hiperemesis, meradang, ada erosi dan curiga ke arah keganasan lakukan pemeriksaan sitologi
  • Bila tidak ada keganasan, lakukan kauterrisasi kimiawi atau elektrik dan dapat juga dengan bedah beku
8. Lokhea
  • Lokhea adalah sekret dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas
  • Hari pertama dan kedua terdapat lokhea rubra atau lokhea kruenta, terdiri dari darah segar bercampur sisa selaput ketuban, sel desidua, sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium
  • Hari berikutnya keluar lokhea sanguinolennta berupa darah bercampur lendir
  • Setelah 1 minggu, keluar lokhea serosa berwarna kuning dan tidak mengandung darah
  • Setelah 2 minggu, keluar lokhea alba yang hanya berupa cairan putih
  • Biasanya lokhea berbau agak amis, bila berbau busuk mungkin terjadi lokiostasis (lokhea yang tidak lancar keluar) dan infeksi
9. Miksi
  • Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri
  • Bila kandung kemih penuh dan tidak bisa miksi sendiri, dilakukan katerisasi
  • Bila perlu dipasang daur chateter atau indwelling chateter untuk mengistirahatkan otot - otot kandung kemih
  • Dengan melakukan mobilisasi secepatnya, tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi
10. Defekasi
  • Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca persalinan
  • Bila terjadi obstipasi dan timbul koprosstase hingga skibala tertimbun di rektum mungkin terjadi febris
  • Lakukan klisma atau berikan laksan peroral
  • Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin, tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi
11. Latihan Senam
            Latihan senam dapat diberikan hari kedua, misalnya :
  • Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan ditaruh di atas dan menekan perut. Lakukan pernapasan dada lalu pernapasan perut
  • Dengan posisi yang sama, angkat bokong lalu taruh kembali
  • Kedua kaki diluruskan dan disilangkan lalu kencangkan otot seperti menahan miksi dan defekasi
  • Duduklah pada kursi, perlahan bungkukkan badan sambil tangan berusaha menyentuh tumit
    Ibu diharap kembali memeriksakan diri pada 6 minggu pasca persalinan. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat keadaan umum keadaan payudara dan puttingnya, dinding perut apakah ada hernia, keadaan perineum, kandung kemih apakah ada rektokel, tonus otot, spingter ani dan adanya fluor albus. Kelainan yang dapat ditemukan selama nifas ialah infeksi nifas perdarahan pasca persalinan dan eklampsia puerpurale.

Penanganan Nifas Normal

1. Kebersihan Diri
  • Jaga kebersihan seluruh tubuh
  • Bersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus
  • Bersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar
  • Ganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika
  • Cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin
  • Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, hindari menyentuh luka
2. Istirahat
  • Istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
  • Kembali ke kegiatan - kegiatan rumah tangga secara perlahan - lahan
  • Tidur siang atau beristirahat atau selagi bayi tidur
  • Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
  1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
  2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
  3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
3. Latihan
        Latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, selain menguatkan otot perut dan panggul, juga dapat mengurangi rasa sakit pada punggung. Bentuk latihannya seperti :
  • Dengan tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali
  • Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul (latihan kegel)
  • Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot - otot, pantat dan panggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali
        Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke 6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

4. Gizi
            Ibu menyusui harus  :
  • Mengonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
  • Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup
  • Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (minum setiap kali menyusu)
  • Pil zat besi diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin
5. Menyusui
            Asi mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih, dan siap untuk minum
    • Tanda ASI cukup
  • Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda
  • Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan "berbiji"
  • Bayi tampak puas, sewaktu - waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup. Bayi yang selalu tidur bukan pertanda baik
  • Bayi setidaknya menyusui 10 - 12 kali dalam 24 jam
  • Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui
  • Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai menyusu
  • Bayi bertambah berat badannya
    • Tanda ASI tidak cukup
  • Kebalikan dari ASI cukup
        Bayi harus diberi ASI setiap kali ia merasa lapar (atau setidaknya 10 - 12 kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan. Jika bayi dibiarkan tidur lebih dari 3 - 4 jam, atau bayi diberi jenis makanan lain, atau payudara tidak dikosongkan dengan baik tiap kali menyusui, maka "pesan hormonal" yang diterima otak ibu adalah untuk "menghasilkan susu lebih sedikit"
    • Meningkatkan suplai ASI
  • Untuk Bayi
  1. Menyusui bayi setiap 2 jam, siang dan malam hari dengan lama menyusui 10 - 15 menit di setiap payudara
  2. Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah dan duduklah selama menyusui
  3. Pastikan bayi menyusu dengan posisi menempel yang baik dan dengarkan suara menelan yang aktif
  4. Susi bayi di tempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali selesai menyusui
  5. Tidurlah bersebelahan dengan bayi
  • Untuk Ibu
  1. Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum
  2. Perhatikan posisi penempelan saat menyusui
6. Perawatan Payudara
  • Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama putting susu
  • Menggunakan bra yang menyokong payudara
  • Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak lecet
  • Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok
  • Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet setiap 4 - 6 jam
  • Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
  1. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selamn5 menit
  2. Urut payudara dari arah pangkal menuju putting dengan arah "Z" menuju putting 
  3. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak
  4. Susukan bayi setiap 2 - 3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya keluarkan dengan tangan
  5. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
7. Senggama
        Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti (setelah masa nifas) dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

1.